TOPOK dalam Kebudayaan Dayak Tobag

ASAL USUL TOPOK

Menurut mitologi Dayak Tobag, Topok mulai diperkenalkan oleh Sengiang Pengantara atau dikenal Pe’ Antara. Pe’ Antara merupakan tokoh mitologi Dayak Tobag yang adalah Sengiang Jebata yang bertugas menjadi perantara Tuhan bagi makluk hidup dibumi termasuk manusia. Menurut legenda asal mula adat Pati nyawa, Pe’ Antara yang ditugaskan Jebata untuk menagih adat dengan membawa dan menyuguhkan topok kehadapan Raja Bangsa Kamang (Komang). Meski menghadapi perlakuan kurang baik dari sang Raja, Pe’ Antara sangat tenang dan sabar. Topok didalam legenda ini digunakan sebagai media komunikasi. .Menurut legenda Topok Tepa’ Penyaro’k dalam Dayak Tobag. Legenda ini juga dikenal Legenda Bujang Take. Konon ribuan tahun lalu pada masa suku bangsa manusia masih bisa bersosialisasi dengan suku bangsa Komang atau Kamang (jaman purba). Topok yang dikenal pada masa itu adalah topok tepa’ dan itu sudah menjadi bagian dari tradisi. Dalam legenda tersebut, topok menjadi media pendamai antara Manusia dengan Kamang. Pada masa ini konon dikisahkan awal pembatasan ruang dan komunikasi antar alam manusia dan Kamang. Masih ada beberapa legenda berkaitan dengan topok yang tidak diceritakan dan dicatat disini.

Mitos dan legenda adalah tradisi lisan yang dimiliki hampir semua suku bangsa yang ada didunia ini. Tradisi lisan ini menjadi tambahan informasi bagi para budayawan.

BENTUK DAN ISI TOPOK

Bentuk topok ada berbagai macam sesuai dengan kultur budaya setempat. Diawal peradaban sebelum jaman besi dan perunggu. Bentuk topok terbuat dari anyaman yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Contohnya seperti gambar diatas, ciri khas Topok orang Dayak.Pada jaman besi dan perunggu, bentuk topok berbagai macam sesuai kreasi dan bentukan dari tukang ukir pada jaman itu. Topok dari India. Topok dari Thailand dan Vietnam. Topok dari tanah Melayu. Dan topok dari Jawa seperti seperti gambar awal diatas.

Pada jaman ini juga mulai dilengkapi tambahan alat dalam topok seperti kacup (alat pengupas dan pembelah pinang), dan penotok ( alat penumbuh dan penghalus pinang).

Isi topok biasanya terdiri dari:

  1. Pinang; Untuk pinang menggunakan pinang tua dan muda, kulit buah pinang juga difungsikan untuk pembersih gigi dan gusi; Ada bermacam jenis pinang yang bisa dikonsumsi dan juga dijadikan obat.
  2. Sirih; Untuk sirih adalah sirih konsumsi dan obat; dipilih yang tidak terlalu tua dan terlalu muda.
  3. Kapur; Untuk kapur bisa terbuat dari cangkang siput batu atau juga bisa dari cangkang kerang laut yang melalui proses pembakaran.
  4. Gambir; Untuk Gambir bisa menggunakan kulit kayu Gambir atau pun getah kayu Gambir.
  5. Pa’ bale; Pa’bale adalah perpaduan minyak kelapa, lilit (lilin lebah madu), dan air.
  6. Roko’ daut Nipah (dulu) dan tembakau tepe’; Rokok adalah suguhan tambahan setelah dikenalkannya budaya rokok dalam suatu komunitas; sekarang bisa menggunakan rokok batangan; merupakan tambahan untuk cendaga, prosesi dan ritual adat, dimana rokok itu nantinya diberikan kepada pengurus atau Puawang.Tembakau tepe’ juga berfungsi sebagai Sugi.
  7. Dian atau lilin dan real jampal; Lilin dan uang real Jampal yang dimasukkan dalam topok adalah tambahan untuk cendaga, prosesi dan ritual adat; lilin biasanya dinyalakan dan dibawa kembali, sedangkan real Jampal diberikan kepada pengurus atau Puawang.

MAKNA TOPOK

Dalam kebudayaan Dayak Tobag, topok memiliki makna yang mendalam. Disamping fungsinya sebagai media, tentu syarat akan makna dalam simbol budaya Dayak Tobag.Topok adalah simbol kasih dan persahabatan. Tempo dulu dalam kesehariannya orang Dayak khususnya Dayak Tobag tidak mengenal ungkapan dengan ucapan atau ujaran terima kasih, akan tetapi ungkapan berupa simbol-simbol yang tentunya sangat dimengerti masyarakat adat. Topok dalam adat Dayak Tobag juga berarti salam dan penerimaan.

Topok seperti penjelasan diatas berfungsi sebagai media untuk bersosialisasi dan tujuan bisa untuk sarana komunikasi, sarana pemersatu, dan sarana perdamaian.

Berikut makna isi topok:

  1. Pinang, Simbol makanan; untuk tenaga dan kekuatan.
  2. Sirih, Simbol obat; untuk penyembuhan dan pemulihan.
  3. Kapur, Simbol cangkang dan rangka; untuk kekokohan dan keteguhan.
  4. Gambir, Simbol wewangian; untuk aroma dan pemikat.
  5. Pa’bale, Simbol perpaduan; kebersamaan dan ikatan.
  6. Rokok, Simbol pembaharuan; perubahan dan semangat.
  7. Dian, Simbol cahaya; penerang dan penjelas.

Makna dalam simbol-simbol Topok tersebut memperkaya khasanah budaya Dayak umumnya. Leluhur Dayak pada jaman dulu sungguh hebat dan luar biasa. Mereka mampu mewujudkan salah satu identitas yang diwarisi kepada kita keturunannya.

Demikianlah artikel singkat mengenai topok dalam kebudayaan Dayak Tobag.

SUMBER ARTIKEL

DARI SALINAN CATATAN ARIANTO; KERAMAS 02 MARET 2011

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tentang LMA-DT

Lembaga Masyarakat Adat Dayak Tobag (LMA-DT) dibentuk sebagai wadah perjuangan untuk melestarikan nilai-nilai adat dan budaya yang telah diwariskan oleh leluhur, serta memperjuangkan hak-hak masyarakat adat Dayak Tobag. Maksud utama dari keberadaan LMA-DT adalah untuk memperkuat kelembagaan adat, hukum adat, dan tradisi budaya sebagai identitas yang harus dijaga dan dihormati oleh seluruh masyarakat.

Visi

Dayak Tobag yang kuat dalam Kelembagaan Adat, kuat dalam Hukum Adat, kuat Adat Budayanya, Mandiri Masyarakat Adatnya, dan harmoni dengan alamnya.

Misi

 

  1. Memperkuat eksistensi Kelembagaan Adat.
  2. Memperkuat dan menjaga marwah hukum adat.
  3. Membangun sinergi dengan lembaga adat lain dan pihak LSM yang bergerak dalam adat budaya dan alam.
  4. Membangun hubungan yang harmonis yang saling menguatkan dengan dunia usaha.
  5. Menjaga, melestarikan, dan mempromosikan Adat Budaya.
  6. Mengali dan menjaga peninggalan budaya.
  7. Menjaga tanah air, dan menjaga keseimbangan alam dalam wilayah adat.

 

Kategori Blog

@2025 Lembaga Musyawarah Adat Dayak Tobag. All rights reserved.