Mitos Penciptaan Cerita Turun-Temurun

lmadt.org. Asal Mula Menjadi atau disebut masa kehampaan dan awal terjadinya terang, atau disebut juga zaman sengiang tujuh menurut leluhur orang Dayak Tobag. Pada masa ini diperkirakan menurut leluhur Dayak Tobag “Ba pangka-pangkakenolang” yang lampau sangat jauh sebelum zaman Jempete Jempere. Dalam perhitungan waktu Dayak Tobag, Satu Pangkakenolang sama dengan seribu Tukenolang, satu Tukenolang sama dengan seribu kenolang, sedangkan satu kenolang sama dengan seribu tahun.  Jadi “Ba pangka-pangkakenolang” adalah berlipat lipat dari Pangkakenolang atau masanya tak bisa terukur (Bermiliar-miliaran tahun lampau)

Beginilah kisahnya:

Jebata Pejaji Penompa’ (Tuhan Yang Maha Kuasa), Ia tidak berwujud dan tidak mempunyai sosok. Alam semesta raya adalah tubuh Jebata. Pada saat itu Jebata mulai ber-Mpama atau berbicara, dan dari Mpama Jebata kemudian hadir dalam rupa energi Tuhan yang disebut Jebata Awapama (Roh Maha Suci). Lalu kemudian keluarlah sosok dari dalam diri Jebata yang diberinama Sengiang Tunggal.

Sengiang artinya bagian dari atau perwujudan Tuhan dengan kuasa. Sengiang Tunggal diberikuasa sebagai penopang langit dan alam raya dan darinya akan tercipta alam raya. Sengiang Tunggal masih berwujud cahaya yang diselubungi kegelapan mengitarinya. Jebata memisahkan cahaya dan kegelapan yang menyelubungi Sengiang Tunggal. Kemudian muncullah Pe’ Suntara yang disebut Sengiang matahari, dan Pe’ Kelampat disebut Sengiang Kegelapan.

Wujud Sengiang Tunggal pun tampak seperti wujud manusia. Jebata berkata dari tubuh Sengiang Tunggal muncul Toyong Sebayat disebut Sengiang Ibu dan Surga tempat para Sengiang. Dari kemauan Jebata dalam diri Sengiang Tunggal muncullah Pe’ Ucat disebut Sengiang Takdir dan maut. Dari tiupan Sengiang Tunggal muncullah Pe’ Iri’k Ira atau Pe’ Menginsir disebut Sengiang angin. Dari kemurkaan Jebata dalam diri Sengiang Tunggal muncullah Pe’ Luntar disebut Sengiang Petir. Dan dari kulit tubuh Sengiang Tunggal muncullah Pe’ Ingu Pedinding atau Pe’ Lae’ disebut Sengiang pelindung penjaga.

Sengiang Kegelapan pertama kalinya protes ke Jebata, harusnya dia yang jadi raja sengiang bukan Sengiang Tunggal, karena pada saat itu kegelapanlah yang menguasai seluruh alam semesta. Jebata tak mengindahkan keinginan penguasa kegelapan itu, karena kegelapan juga berasal dari Sengiang Tunggal. Setelah ketujuh sengiang tercipta, Jebata pun istirahat dan menyuruh Sengiang Tunggal melaksanakan kehendaknya.

Pada hari itu Sengiang Tunggal berkata dihadapan para sengiang didalam tahtanya, ia meminta semua “take’ laet take’ adak” (sisa bahan anyaman) Toyong Sebayat, dan dari inilah ia akan menjadikan kehendak Jebata. Toyong Sebayat diminta menyatu dengan sisa bahan itu, dan lahirlah Pe’ Segindar manifestasi dari pasir dan batu, dan Dayang Lingga Tanah manifestasi dari tanah dan debu. Pe’ Kelampat protes kedua kalinya dan Sengiang Tunggal menjelaskan ini bagian dari kehendak Jebata.

Sengiang Tunggal kemudian menaburkan semua tanah debu pasir dan batu kebawah. Pe’ Menginsir diminta meneruskannya ke ujung-ujung semesta raya ditemani Pe’ Suntara dan Pe’ Luntar. Kemudian bergeraklah ketiga sengiang yang ditugaskan, menuju kegelapan semesta raya yang dikuasai Pe’ Kelampat. Gerak mereka disertai gemuruh guntur petir halilintar yang mengelegar maha dasyat, gesekan dan benturan terjadi seperti adanya peleburan antara batu pasir tanah debu dan petir, dan yang menyala-nyala lahirlah Dayang Norbinas disebut Sengiang api, putri dari Pe’ Suntara dan Pe’ Luntar.

Sengiang Tunggal menjelaskan kalau dari batu pasir tanah dan debu terciptalah semesta alam dunia, kesemuanya saling berhubungan saling berikatan saling beriringan mengikuti yang lebih tua, bertaburan memenuhi ujung-ujung alam semesta raya. Proses penciptaan itu beberapa hari lamanya menurut hitungan langit dan dari itu terciptalah semuanya alam semesta yang mengawang-awang dialam semesta raya yang tiada ujung tiada batasnya. Kemudian kembalilah ketiga sengiang dan disertai ketiga sengiang yang baru.

Jebata berbahagia atas hasil ciptaan-Nya itu. Pe’ Kelampat kembali protes ketiga kalinya mengapa ia tak dilibatkan dalam proses penciptaan itu. Sengiang Tunggal tidak mengindahkannya. Kemudian terdengar kemurkaan Jebata diiringi petir menyambar kepada Pe’ Kelampat. Jebata mengutuknya sebagai Sangun sengiang jahat, kemudian dalam tubuh sangun tiba-tiba keluarlah sesosok yang sekilas cantik, bau busuk dan sangat menyeramkan dikenal Toyong Luat disebut Iblis. Jebata kemudian mengusir keduanya dari langit ketujuh itu. Setelah kejadian itu, dengan kehendak  Jebata dari lidah Sengiang Tunggal muncullah Pe’ Antara disebut Sengiang kata sang pemberita sang perantara sebagai pengganti Pe’ Kelampat dalam Sengiang Tujuh.

Sementara Sangun dan istrinya bersembunyi dibalik semesta dan menyimpan dendam pada sengiang saudaranya itu. Kemudian Sengiang Tunggal mengeluarkan ludahnya, dan lahirlah Pe’ Ileh atau Pe’ Iler sang air dan sang cairan. Lalu Pe’ Ucat memegangnya semua ciptaan itu, dan itulah awal takdir semua dunia. Sengiang Tunggal meminta Pe’ Suntara agar menjadi Pe’ Tongah Penanyu’ atau Sang penerang jagad raya, untuk mengurangi kuasa kegelapan. Setelah Pe’ Suntara menetap diangkasa raya itu barulah mulai bersinar ciptaan dijagat raya dan teranglah hasil ciptaan Tuhan itu, dan terpisahlah Langit dan bumi. Pe’ Suntara memilih Toyong Ungkok disebut Dayang Bulatn atau Dayang Nyati yang dibangun Sengiang Tunggal. 

Tampak bumi muda dengan wajah merah marah. Untuk menenangkan bumi, Sengiang Tunggal menyuruh Pe’ Iler memeluk sang bumi.Dan secara perlahan-lahan hari demi hari berubah dan mulailah bumi tersenyum. Kemudian memunculkan buih-buih yang memenuhi seluruh permukaannya. Hari selanjutnya menurut perhitungan langit, Sengiang Tunggal mengumpulkan buih-buih dimuka bumi itu dan digenggam.

Lalu jelas wajah Pe’ Iler dipermukaan bumi berwarna biru keputih-putihan. Wajah bumipun berseri. Pe’ Segindar dan Dayang Lingga Tanah diminta kembali bersatu menembus permukaan air di bumi. Setelah Pe’ Segindar dan Dayang Lingga Tanah menyatu lahirlah Dara Licak atau Dayang Popo manifestasi daratan lumpur atau daratan rendah basah, Dara Tanyok manifestasi daratan rendah kering, Dara Gundol manifestasi daratan tinggi, Bujakng Pasa’kmanifestasi daratan tertinggi dan berpuncak seperti bukit atau gunung, Dara Bunga Tanah manifestasi humus/kesuburan tanah yang berada dipermukaan daratan, dan Bujakng Aboh manifestasi lubang bumi atau gua-gua.

Sengiang Tunggal kemudian menikahkan Pe’ Iler dengan Dayang Lingga Tanah dan lahirlah Dayang Lawai manifestasi lautan, Dayang Batang  manifestasi riam sungai-sungai, dan Dayang Tando manifestasi telaga dan danau. Ketiga Dayang (Lawai, Batang dan Tando) dikawinkan dengan Pe’ Suntara melahirkan Dara Menginap atau Dayang Romang manifestasi awan atau kumpulan titik air dilangit. Dara menginap kawin dengan Pe’ Luntar dan lahirlah Bujakng Ngonta’k. Dan saat itulah perpisahan antara daratan dan air, jadilah laut, sungai, danau, teluk, lembah, dan bukit gunung.

Kemudian harinya Pe’ Menginsir kawin dengan Dara menginap dan lahirlah Bujakng Barurai manifestasi tetesan hujan, Dayang Gantong Tali manifestasi tetesan embun, Dara Awa Ngawang manifestasi udara. Bujakng Barurai turun dan mengawini Dayang Lingga Tanah. Dan Lahirlah Bujakng Nyusui Merarap manifestasi tumbuhan lumut yang bisa hidup didarat diair, dan Bujakng Lambung Buah manifestasi bakal biji-bijian tumbuhan. Bujakng Nyusui kawin dengan Dara Bunga Tanah melahirkan Dayang Melambai manifestasi rerumputan yang hidup didarat diair, Dayang Sari atau Dara Norsari manifestasi tumbuhan jenis padi-padian, dan Dayang Jambang manifestasi dari berbagai jenis tumbuhan bunga (hias).

Bujakng Lambung Buah kawin dengan Dara Bunga Tanah melahirkan Pe’ Toras manifestasi jenis kayu keras, Pe’ Mpolor manifestasi jenis kayu lunak, Pe’ Sabut manifestasi jenis kelapa, Pe’ Aser manifestasi jenis palem lain buah tak bersabut, Pe’ Lantak manifestasi jenis tanaman umbi dan jenis tumbuhan bumbu berlantang/tunas, Pe’ Soso’k  manifestasi jenis tumbuhan pisang-pisangan dan jenis tumbuhan bumbu lain, Pe’ Ulor manifestasi jenis tumbuhan merambat, Pe’ Jalar manifestasi jenis tumbuhan akar dan rotan, Pe’ Ruas manifestasi jenis tumbuhan  bambu, dan Pe’ Buku’ manifestasi jenis tumbuhan tebu-tebuan. Kemudian semua jenis tumbuhan-tumbuhan itu ada yang hidup di air ada yang didarat. Kemudian Dayang Gantong tali lah yang  selalu menyelimuti semua tumbuh-tumbuhan dimalam sampai pagi hari. Itulah hari proses terciptanya tanaman dan tumbuh-tumbuhan.

Dilain tempat Pe’ Sangun dan Toyong luat mempunyai keturunan bernama Dara Nabo yang kelak menjadi ratu siluman diair, dan Bujakng Pilas Galing yang kelak menjadi raja siluman didarat. Kisah selanjutnya kedua putra Pe’ Segindar dan Dayang Lingga Tanah, yaitu Pe’ Sepaok dan Pe’ Bao. Dara Nabo menjelma jadi Dara Bunga Tanah dan menikahi Pe’ Sepaok mempunyai keturunan berupa telur dan bungkusan selimut tanah yang belum menetas.

Atas Kejadian itu, Sengiang Tunggal tidak marah. Pe’ Sepaok dikawinkan dengan Dara Bunga Tanah yang asli mempunyai keturunan dari tanah keluar berupa telur-telur dan bungkusan selimut tanah yang sama. Toyong Luat berhubungan dengan Pe’ Irik ira lahirlah raja Pucong dan raja Keribut. Telur Dara Bunga Tanah menetas lebih dulu lahirnya jenis binatang lembut lemah yang melata. Dara Nabo menjelma lagi jadi Dara Licak dan kawin dengan Pe’ Bao melahirkan telur dan bungkusan selimut tanah yang juga belum menetas.

Pe’ Bao malu atas kejadian itu dan mohon ampun, kemudian kawin dengan Dara Licak yang asli mempunyai keturunan dari tanah diair keluar berupa telur-telur dan bungkusan selimut dan ada yang menetas dan lahirlah berupa binatang yang hidup diair yang lembut lemah melata dan berenang, telur yang lain belum menetas.

Pada hari berikutnya barulah menetas sebagian besar telur  dan bungkusan selimut didarat dan di air menetas semua, didarat tinggal beberapa butir telur dan bungkusan selimut yang belum menetas. Kemudian lahirlah binatang yang hidup dalam tanah dan permukaan tanah merayap merangkak melangkah berlari dan melompat. Dan binatang berkembang pesat, inilah jaman nsaun atau kejayaan binatang.

Keturunan Dara Nabo mulai menetas dan melahirkan perwujudan makhluk setengah binatang setengah wujud sengiang dan tumbuh sangat lamban. Sehingga bumi dikuasai binatang kadal yang perkasa dari keturunan Bando. Demikianlah bumi dipenuhi bangsa para binatang darat dan air. Setelah telur-telur menetas, lahirlah  binatang  berbulu yang bersayap dan ada yang bisa terbang dan tidak  terbang.   Dari  bungkusan selimut  tanah  lahir binatang berbulu, binatang yang merayap, binatang  merangkak,  binatang yang berjalan, binatang yang berlari, binatang yang memanjat dan binatang yang melompat didaratan. Demikian kisah pendek tentang Mitologi penciptaan.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tentang LMA-DT

Lembaga Masyarakat Adat Dayak Tobag (LMA-DT) dibentuk sebagai wadah perjuangan untuk melestarikan nilai-nilai adat dan budaya yang telah diwariskan oleh leluhur, serta memperjuangkan hak-hak masyarakat adat Dayak Tobag. Maksud utama dari keberadaan LMA-DT adalah untuk memperkuat kelembagaan adat, hukum adat, dan tradisi budaya sebagai identitas yang harus dijaga dan dihormati oleh seluruh masyarakat.

Visi

Dayak Tobag yang kuat dalam Kelembagaan Adat, kuat dalam Hukum Adat, kuat Adat Budayanya, Mandiri Masyarakat Adatnya, dan harmoni dengan alamnya.

Misi

 

  1. Memperkuat eksistensi Kelembagaan Adat.
  2. Memperkuat dan menjaga marwah hukum adat.
  3. Membangun sinergi dengan lembaga adat lain dan pihak LSM yang bergerak dalam adat budaya dan alam.
  4. Membangun hubungan yang harmonis yang saling menguatkan dengan dunia usaha.
  5. Menjaga, melestarikan, dan mempromosikan Adat Budaya.
  6. Mengali dan menjaga peninggalan budaya.
  7. Menjaga tanah air, dan menjaga keseimbangan alam dalam wilayah adat.

 

Kategori Blog

@2025 Lembaga Musyawarah Adat Dayak Tobag. All rights reserved.